Surat untuk Ja'far,
Apa kabar Bung? Kuharap di manapun kau berada saat ini, kau tetap dalam lindungan Allah. Aku tiba-tiba teringat kamu hari-hari ini. Hari-hari ketika betapa beratnya menyebut Indonesia sebagai ibu tempat di mana kita lahir. Hari-hari ketika lidah kelu menyapa sesama sebagai saudara sebangsa. Hari-hari ketika kepingan-kepingan yang menjadikan bangsa ini satu mozaik indah perlahan-lahan retak, pecah.
Ja'far, kita bertumbuh dalam gelora muda di tengah bangsa yang resah. Ketika itu - hampir dua puluh tahun lalu - yang mempertemukan kita adalah impian bahwa bangsa ini harus tetap tegak berdiri dan menjadi lebih baik. Kita marah dan berteriak ketika kebebasan dibungkam. Kita melawan ketika ditindas. Kita bukan orang-orang hebat. Bukan orang-orang kuat. Perlawanan kita lebih sering seperti kepal tinju seorang bocah menghantam tembok kokoh. Teriak kita sering tak terdengar atau hilang ditelan gemuruh suara-suara lain. Tapi kita tetap melawan.
Ja'far, kamu ingat kita tidak pernah mempersoalkan dari mana berasal. Agama yang kita anut tak pernah menghalangi persaudaraan kita. Kau Melayu Deli, aku Flores. Kau muslim, aku katolik. Kau belajar di Institut Agama Islam Negeri dan aku calon pastor yang sedang belajar di Seminari. Di atas tikar di kamarku kamu bersujud menyembah Sang Khalik ketika suara adzan memanggil. Di kamar sempit hanya ditemani kopi dengan kaos dekil dan tampang kumalmu kita berdiskusi. Kita bercerita. Kita menabur harapan. Generasi ini harus bergerak untuk Indonesia yang lebih baik. Aku ingat dengan semangat menggebu kita berbicara.
Ja'far akhirnya kepongahan dan tirani runtuh. Binar butiran kristal di mata kita adalah air mata harapan : hari esok pasti lebih baik dari kemarin.
Dan hari ini....
Kita melangkah dalam kegamangan. Waktu seperti ditarik mundur. Caci maki dan hujat di mana mana. Saudara saudara sebangsa saling menghina. Kebenaran milik mereka yang suaranya paling keras membahana. Akan kau biarkankah ini kawan?
Aku belum akan berhenti menulis. Tapi hari ini 13 Mei kuajak kau heningkan cipta...
Esok, lusa atau entah kapan aku akan menjumpaimu lagi