Di rumah, tiga puluhan tahun lalu. Hampir setiap hari perjalanan diakhiri dengan doa malam bersama. Struktur ibadat malam ini biasanya : pembukaan - doa rosario (tidak selalu lengkap 5 peristiwa, umumnya dua atau tiga peristiwa saja) - Doa (sembayang) Malam - Pemeriksaan Batin - Doa Tobat - Malaikat Tuhan - Penutup. Bulan Mei dan Oktober doa rosarionya lengkap.
Peserta doa adalah seluruh anggota penghuni rumah. Saat itu di rumah ada dua ODGJ. Mereka berdua bagian utuh dari keluarga kami. Ine Lukas yang sudah cukup tua dan Albina, waktu itu usianya dua puluhan. Dalam keterbatasan mereka berdua juga beraktivitas seturut kemampuan dan 'kemauannya'. Dalam hal doa dua-duanya aktif, sangat aktif malah. Misalnya, lagu wajib Ave-ave Maria harus dinyanyikan. Lalu Doa spontan yang biasanya panjang dan mencakup seluas segala kenyataan dalam satu doa (untuk Paus, Uskup, Pater Alan, Bapa, mama, anak sekolah, petani, sopir, dll).
Suatu ketika, rumah kami didatangi Pastor Paroki - Pater Alan, SVD, Imam berkebangsaan Irlandia - yang tergopoh-gopoh bertanya ke Mama saya. "Mama (hampir semua orang kampung menyapa ibu saya 'mama') apakah Albina ada bawa patung Bunda Maria ke sini? Patung Maria di Gereja hilang!". "Tidak ada Pater", jawab Mama. "Pater tunggu saja, sebentar saya tanya".
Malam ketika hendak berdoa malam, mama menyiapkan meja doa dengan lilin yang lumayan besar dan patung Maria yang sangat kecil. Ketika semua sudah berkumpul, Albina spontan komentar, "daraaaad sui tara koen koe ata tu'a ine gho'o" (wuaaaduh kenapa 'ibu tua' - Bunda Maria - ini kecil sekali). Mama dengan tenang menjawab, "iti koe ata mangan. A leng manga ata mehen ko?" (hanya itu yang ada. Atau apakah ada (patung) yang besar?"). "Eme nggiti gereng nang", kata Albina. ("Kalau begitu tunggu sebentar"). Dia lalu pergi dan tidak lama kemudian pulang membawa Patung Maria yang tingginya sekitar 1 m, yang ternyata disembunyikan di kebun. Doa berjalan seperti biasa. Setelah doa mama bicara, "mehe bail ata tu'a ine gho'o ai koen koe meja dite. Cocok gho'o na'a eta Gereja, eta Pater Alan" (ibu ini terlalu besar kalau ditempatkan di sini karena meja kita kecil. Cocoknya ditaruh di Gereja di tempatnya Pater Alan). "Daraad ina ata tako ghia gho'o rebaong" (aduh ini kan tadi saya curi dari dia (Pater Alan).
Besoknya patung dikembalikan. Pater Alan berterimakasih ke Albina karena sudah ajak Bunda Maria ke kebun