Jumat, 08 April 2016

TABGHA : Waktu Cinta Tak Cukup Hanya Kata…

Kisah Kasih di Tanah Suci (2 - 13 Maret 2016)


Tabgha terletak di tepi Danau Galilea. Ditempat ini Yesus melakukan mujizat pergandaan roti. Di sini juga terdapat Gereja St. Peter Primacy (Gereja Primat Petrus), tempat Yesus menampakkan diri ketiga kalinya setelah kebangkitan kepada murid-muridNYa yang sedang menangkap ikan. Tempat ini juga disebut sebagai tempat “Pemulihan Petrus”, Yesus bertanya sampai tiga kali kepada Petrus “Simon anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku?”. Mengingatkan Petrus yang sudah menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok. Di sini Yesus meminta Petrus untuk meneruskan tugas penggembalaan-Nya, “Gembalakanlah Domba-dombaKu”.

Kami tiba di situ waktu hari masih pagi. Matahari belum terlalu terik. Angin danau yang segar menemani perjalanan menuju Gereja. Tahun 1934 dibangun Gereja Primat Petrus di atas Batu Karang raksasa.  Altar batu yang disebut ‘Mensa Christi’ karena diyakini di sinilah Yesus sarapan bersama para murid yang selesai menangkap ikan.



Kisah yang terjadi di tempat ini kitab aca dalam Injil Yohanes 21: 1 – 19 (Bacaan Injil Minggu Paskah III thn C)

Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias
21:1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 21:2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. 21:3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 21:4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 21:5 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." 21:6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. 21:7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. 21:8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. 21:9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. 21:10 Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." 21:11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. 21:12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. 21:13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. 21:14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati. 21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. 21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." 21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Para murid kembali menangkap ikan (21:3) bukan karena mereka sudah melupakan komitmen mereka. Tapi mereka butuh makan dan nafkah untuk keluarga. Life must go on. Mereka bekerja keras walau tak mendapat apa-apa. Hal yang lumrah dan biasa terjadi dalam hidup kita juga. Bekerja keras tapi tidak mendatangkan hasil. Sia-sia. Situasi seperti ini akan sangat mudah membuat orang putus asa. Ekspresi putus asa bisa muncul sikap acuh tak acuh dan level putus asa yang paling hebat bisa membuat orang bunuh diri. Betapa buruk dan negatifnya efek putus asa.
Dalam kegalauan dan putus asa itulah Tuhan hadir. Kehadiran yang tidak serta merta selalu disadari. Tuhan hadir lewat cara yang sangat biasa, sederhana, lumrah terjadi dalam hidup sehari-hari, ‘meminta lauk pauk’. Murid-murid tidak tahu bahwa itu Yesus (21:4-5). Sama seperti kebanyakan kita yang juga sulit merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Atau tidak menyadari bahwa dalam saat-saat kepedihan hidup melanda Tuhan hadir.

Menarik bahwa mereka patuh ketika Yesus menyuruh untuk menebarkan jala. Sangatlah penting memiliki sikap patuh dan taat terhadap perintah Tuhan (21: 6). Tanpa ketaatan dan kepatuhan banyak hal akan menjadi sia-sia. Sebuah teguran keras jika mengingat betapa sulitnya untuk taat dan patuh. Betapa sering bersikap tidak taat.


Di sini Petrus mendapat pertanyaan terpenting dalam hidupnya, “Apakah engkau mengasihi Aku?”. Ihab – guide lokal kami – menerangkan,  dua kata Yunani dipakai di sini untuk "kasih". Yang pertama, phileo . Philia adalah kasih persahabatan yang sering dipakai untuk menggambarkan kasih antara Kristus dan para murid-Nya Yang kedua,  agapao. Agape adalah kasih menurut pengertian Kristiani, yang mengacu kepada kasih yang rela berkorban.

Yesus bertanya sebanyak tiga kali kepada Rasul Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Pertanyaan Yesus yang pertama dan kedua menggunakan kata agape, Apakah engkau mengasihi (agapo) Aku? Namun Petrus selalu menjawabnya dengan, “….Engkau tahu bahwa aku mengasihi (philieo) Engkau”. Yang ketiga kalinya, Yesus bertanya, “Apakah engkau mangasihi (phileo) Aku?” Dan Petrus menjawab, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (phileo) Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yoh 21:17).

Ihab – guide lokal kami – menerangkan bahwa ‘Simon’ dalam bahasa Ibrani bermakna ‘batu kecil, kerikil’. Yesus memanggil dengan nama ini, bukan Petrus (Petra = Batu Karang). Kita semua batu-batu kecil yang tidak berarti. Namun cinta Tuhan membuat kita kokoh seperti Batu Karang (=Petrus). Tuhan Yesus memahami bahwa kasih Petrus kepada-Nya tidak akan sama besarnya dengan kasih-Nya (agape) kepada Petrus. Namun demikian, Kristus menerima pernyataan kasih dari Petrus yang sejujurnya ini, dan tetap mempercayakan penggembalaan kawanan domba-Nya kepada Petrus. Penerimaan Kristus akan diri Petrus apa adanya inilah yang justru mengubah Petrus, dan menumbuhkan kasih di dalam hatinya, sehingga kelak di akhir hidupnya, Petrus dapat membuktikan kasih yang besar kepada Kristus dengan kasih yang menyerupai kasih Kristus kepadanya. Rasul Petrus rela menyerahkan dirinya untuk dihukum mati oleh pihak penguasa Roma dengan disalibkan terbalik, demi membela imannya akan Kristus. Sungguh, kesaksian hidup rasul Petrus yang semakin bertumbuh di dalam kasih kepada Tuhan ini, selayaknya menjadi teladan kita. Seperti Petrus, kitapun mungkin jatuh bangun di dalam hidup ini. Namun selayaknya kita mengingat akan kasih Allah yang total tak bersyarat/ agape kepada kita; sehingga hari demi hari kita dibentuk oleh Tuhan untuk menjadi semakin bertumbuh di dalam kasih kepada-Nya, agar semakin menyerupai kasih-Nya yang total kepada kita.

Di tempat ini kita merenungkan cinta Allah. Di dalam Gereja – di sekitar Mensa Christi – kami berdoa agar mampu mencintai Tuhan dan sesama dengan cinta tanpa syarat. Matahari di langit cerah ketika kami meninggalkan tempat ini menuju Gereja Heptageon.

𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐓𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀, 𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐃𝐔𝐊𝐀

Bulan Oktober istimewa bagi saya. Papa dan Mama menikah di 21 Oktober, 49 tahun lalu. Dua adik perempuan saya lahir di Oktober. Keduanya jug...