Minggu, 26 Februari 2017

MEJA MAKAN, SEKOLAH NILAI

Saya mengikuti rakernas FMKI di Hotel Bintang Raya, Cipanas dari tanggal 25 – 27 November 2016. Tema yang dibahas adalah “MEMPERKUAT KEPEMIMPINAN ANTI KORUPSI BAGI KEBERLANJUTAN DAN KEMAJUAN PERADABABN BANGSA INDONESIA. Sessi pertama hari Sabtu menghadirkan dua pembicara. Ir. Sarwono kusumaatmaja  (Mantan Sekjen Golkar, mantan Mentri PAN, anggota DPD RI) dan Prof. Dr. Paulus Wirutomo. Sessi seminrnya berlangsung menarik. Dua pembicaa berbicara korupsi dai perspektih structural –kultural dan prose social. Korupsi kita sudah parah maka melawannya pun harus massif. Selebihnya sorotan pada aspek hukum, social maupun budaya bangsa ini. Diskusi juga berlangsung menarik.

Namun yang menarik perhatian saya justru pembicaraan pasca seminar. Saat rehat kopi saya memilih menikmati kopi tubruk dan duduk di pojok, sampai salah seorang panitia menghampiri dan menyapa, “Romo, nanti bareng Pak Sarwono duduk di sini ya”. “Baik Bu, silahkan”. Tak lama berselang beliau datang, lalu disusul Pak Paulus dan istri. Setelah bersalaman dan bertukar kabar, lalu komentar singkat mengenai dinamika politik terkini, pembicaraan pun berlanjut masih seputar tema seminar. Pak Sarwono bercerita pengalamannnya dan bagaimana bersama istri – dan anak-anak – berjuang untuk menjaga integritas. Beliau bercerita, di rumahnya ada meja bundar, tempat mereka sekeluarga biasa berkumpul. Setelah anak-anak bertumbuh dewasa dan membentuk keluarga, mereka tinggal  di rumahnya sendiri. “Anak-anak meminta supaya meja bundar itu jangan dijual”, kisahnya. “Papa mama boleh menjual yang lain kalau sudah tidak dibutuhkan. Tapi meja ini jangan dijual. Kami merasa dibesarkan dan dididik di meja ini”.

“Apakah meja makan, makan dan berkumpul bersama itu penting Pak?”, Tanya saya. “Sangat penting romo”. Kalau di meja makan kita hanya bercerita siapa dapat apa untuk apa, anak-anak akan hancur. Di meja (makan) itu kita bicara nilai-nilai, values. Itu yang kan membentuk mereka”, tegasnya serius.
Meja makan mana meja makan. Ada banyak yang berdebu karena sudah lama tak dipakai.

Cipanas, 26 November 2016

Minggu, 12 Februari 2017

Tentang Mama

I.

Suatu hari, puluhan tahun lalu
Belaian dan genggaman jarimu
adalah lantunan pengantar tidur terbaik
Hari ini..
aku kau minta membelai dan menggenggam jarimu
supaya bisa tertidur bisikmu lirih

Suatu hari puluhan tahun lalu
Kecupan dan ciuman di kening
adalah ribuan kata doa dan ucapan selamat tidur
sambil tanganmu merapikan selimut
menutupi tubuhku
Hari ini..
aku mengecup kening dan mencium pipimu
saat matamu terpejam lelap
dengan napas yang masih tersengal
selimutmu aku rapikan
seperti bertahun-tahun lalu kau lakukan untukku

Suatu hari puluhan tahun lalu...
dengan sabar engkau menyuapku
sesendok demi sesendok
dan tersenyum puas
tiapkali makananku habis
Hari ini..
Aku menyuapkan makanan untukmu
dan tersenyum puas melihatmu bisa makan

Mama,
waktu berlari dan beralih cepat
Tapi cintamu tak pernah pergi
Cepatlah sembuh bersama cinta kami


RSPAD Gatot Soebroto, 11.02.2017
(Hari Orang Sakit Sedunia)

𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐓𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀, 𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐃𝐔𝐊𝐀

Bulan Oktober istimewa bagi saya. Papa dan Mama menikah di 21 Oktober, 49 tahun lalu. Dua adik perempuan saya lahir di Oktober. Keduanya jug...