Ini tentang dua lelaki
Yang datang di ujung senja
Waktu hari menua,
Bersama surya mengirim isyarat
Dua lelaki berkisah tentang hidup
Mereka mengenang kisah
Tentang cinta dan kehangatan yang indah
Menyapa seperti embun pagi
Memeluk seperti hangat mentari
Membelai laksana bayu senja
Menemani malam dalam buaian
Bersama fajar menerbitkan harapan :
hari ini akan indah, lebih indah dari kemarin
Kemudian sunyi datang
dua lelaki diam
Mereka bicara dalam sepi
Bercakap dengan diri
hanya mereka, semilir angin senja dan kenangan
Rinai gerimis mempercepat kelam
Nyala lilin terpendar di keremangan
Malam datang mengganti senja
Seperti kemarin, seperti waktu itu
Dua lelaki berbisik lirih
mengirim pesan pada semesta
Malam mengantarnya pada rembulan
Dalam sepi dua lelaki berdiri
Meski kaki berat melangkah pergi
Bulir kristal jatuh dari sudut mata :
pedihnya kehilangan kekasih
Udara Pkpinang - Jakarta
Senin, 17 Juni 2019
Sabtu, 22 Juni 2019
Senin, 07 Januari 2019
TENTANG TUBUH
Chairil Anwar menulis sebuah puisi indah ttg Isa - Yesus Kristus. Salah satu ekspresi puitik paling dahsyat tentang penyaliban. Menjadi semakin bermakna karena Chairil bukan seorang nasrani.
Pada Isa dalam pendam rasa hormat dan kagum penyair Chairil mengucap :
ISA
(kepada nasrani sejati)
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar Tanya: aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segara
mengatup luka
aku bersuka
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
Pada Isa ketelanjangan adalah kesucian yang dikhianati. Chairil menatapnya dengan kagum dan gentar. Ada sebentuk "tremendum et fascinosum" : Rasa hormat kagum pada Yang Maha Tinggi dan rasa gentar yang maha dahsyat. Tubuh telanjang adalah "tubuh suci". Luka dan dera adalah penghinaan. Pengkhianatan pada yang suci. Tubuh telanjang Isa disalib ditatap sebagai perwujudan cinta tertinggi. Tiada kasih yang paling agung daripada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya bagi orang-orang yang dikasihinya.
Kemarin tersua kabar tentang tubuh yang lain. Hujat, benci dan olok-olok datang. Seperti kisah purba "kami mendapati wanita ini berzinah. Menurut hukum ia harus dirajam". "Silahkan dirajam!. Siapa yang merasa tidak berdosa silahkan melempar batu pertama". Satu per satu pergi, mulai dari yang tertua kata si empunya kisah.
Betapa rapuhnya kemanusiaan kita. Betapa mudah lukanya. Pada tubuh kita menghamba : ia dirawat. Ia dinilai dengan ukuran dan size tertentu. Dipoles. Milyaran mata membelalak menatap Sang Ratu Kecantikan. Milyaran orang yang lain menyimpan asa jika mungkin dipuja dengan cara yang sama. Ada nafsu dan gairah yang meluap pada tubuh.
Tapi ada kemunafikan yang lain juga. Di ruang gelap mendamba tubuh, namun di jalan-jalan dan alun-alun berteriak menghujat tubuh. Bahkan pada patung telanjang pun mereka takut. Karena patung telanjang bisa menghancurkan iman. Pada tubuh telanjang yang sama ada standar ganda. Antara menghamba dan memuja, serta mencerca dan menghina.
Andai Chairil ada di sini. Pekik itu mungkin lantang terdengar
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar Tanya: aku salah?
Bukan untuk Isa, tetapi untuk wajah-wajah munafik penuh topeng.
@hkj, Semabung, 07.01.2019
Di rembang sore nan layu
Langganan:
Komentar (Atom)
𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐓𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀, 𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐃𝐔𝐊𝐀
Bulan Oktober istimewa bagi saya. Papa dan Mama menikah di 21 Oktober, 49 tahun lalu. Dua adik perempuan saya lahir di Oktober. Keduanya jug...
-
Bulan Oktober istimewa bagi saya. Papa dan Mama menikah di 21 Oktober, 49 tahun lalu. Dua adik perempuan saya lahir di Oktober. Keduanya jug...
-
Pupus sudah harapan para pencinta bola menyaksikan Italia tampil di putaran final Piala Dunia 2018 yang akan digelar di Rusia. Italia menyu...