Senin, 07 Januari 2019

TENTANG TUBUH

Chairil Anwar menulis sebuah puisi indah ttg Isa - Yesus Kristus. Salah satu ekspresi puitik paling dahsyat tentang penyaliban. Menjadi semakin bermakna karena Chairil bukan seorang nasrani.
Pada Isa dalam pendam rasa hormat dan kagum penyair Chairil mengucap :

ISA
(kepada nasrani sejati)

Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh
patah

mendampar Tanya: aku salah?

kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah

terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segara

mengatup luka

aku bersuka

Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

Pada Isa ketelanjangan adalah kesucian yang dikhianati. Chairil menatapnya dengan kagum dan gentar. Ada sebentuk "tremendum et fascinosum" : Rasa hormat kagum pada Yang Maha Tinggi dan rasa gentar yang maha dahsyat. Tubuh telanjang adalah "tubuh suci". Luka dan dera adalah penghinaan. Pengkhianatan pada yang suci. Tubuh telanjang Isa disalib ditatap sebagai perwujudan cinta tertinggi. Tiada kasih yang paling agung daripada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya bagi orang-orang yang dikasihinya.

Kemarin tersua kabar tentang tubuh yang lain. Hujat, benci dan olok-olok datang. Seperti kisah purba "kami mendapati wanita ini berzinah. Menurut hukum ia harus dirajam". "Silahkan dirajam!. Siapa yang merasa tidak berdosa silahkan melempar batu pertama". Satu per satu pergi, mulai dari yang tertua kata si empunya kisah.

Betapa rapuhnya kemanusiaan kita. Betapa mudah lukanya. Pada tubuh kita menghamba : ia dirawat. Ia dinilai dengan ukuran dan size tertentu. Dipoles. Milyaran mata membelalak menatap Sang Ratu Kecantikan. Milyaran orang yang lain menyimpan asa jika mungkin dipuja dengan cara yang sama. Ada nafsu dan gairah yang meluap pada tubuh.

Tapi ada kemunafikan yang lain juga. Di ruang gelap mendamba tubuh, namun di jalan-jalan dan alun-alun berteriak menghujat tubuh. Bahkan pada patung telanjang pun mereka takut. Karena patung telanjang bisa menghancurkan iman. Pada tubuh telanjang yang sama ada standar ganda. Antara menghamba dan memuja, serta mencerca dan menghina.

Andai Chairil ada di sini. Pekik itu mungkin lantang terdengar

Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh
patah

mendampar Tanya: aku salah?

Bukan untuk Isa, tetapi untuk wajah-wajah munafik penuh topeng.

@hkj, Semabung, 07.01.2019
Di rembang sore nan layu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐓𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀, 𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐃𝐔𝐊𝐀

Bulan Oktober istimewa bagi saya. Papa dan Mama menikah di 21 Oktober, 49 tahun lalu. Dua adik perempuan saya lahir di Oktober. Keduanya jug...