Kamis, 28 Juni 2018

TITE & HOMO LUDENS

#catatansepakbola

Walau tidak meyakinkan di awal karena kalah 0 - 1 dari Mexico, Jerman oleh banyak pengamat diprediksi akan lolos dari penyisihan grup. Keyakinan itu dipertebal setelah kemenangan dramatis atas 2 - 1 atas Swedia. Julukan sebagai tim   Diesel - yang lambat panas - dan tim 'Spesialis Turnamen' semakin terbukti. Mengantongi tiga poin, hasil sekali kalah dan sekali menang, membuat Jerman masih berpeluang lolos asalkan bisa meraih poin penuh di laga terakhir. Langkah itu, lagi-lagi diprediksi, bakal mudah. Sebabnya, lawan terakhir adalah Korea Selatan. Wakil Asia ini sudah pasti tersingkir. Juara Dunia 2014 vs tim Asia yang sudah masuk kotak. Dua kekuatan yang tidak imbang. Jerman selanjutnya akan menghadapi Brazil yang diperkirakan menjuarai grup E. Grup F sendiri - tempat Jerman berada - akan dipimpin Mexico yang sudah memiliki poin enam dan hanya butuh hasil seri. Swedia?? Tak banyak yang mengunggulkan. Namun fakta di lapangan menampilkan lain. Jerman yang biasa tampil dengan spirit luar biasa, determinasi tinggi dan mental kokoh tumbang di kaki Korea Selatan 0 - 2. Nyaris tak ada yang tersisa dari kedigdayaan sebagai Juara Bertahan. Bahkan Neuer sukses memperlihatkan aksi badut terbaik di piala dunia kali ini : naik jauh meninggalkan gawang kosong yang membuat Korsel dengan mudah mencetak gol kedua. Kemalangan yang terasa menyesakkan karena pada saat yang sama Swedia justru mengalahkan Mexico 3 - 0. Seandainya Jerman menang, Mexicolah yang menangis! Tapi 'seandainya' sejatinya tak pernah ada. Seandainya hanya ada dalam kamus imajinatif para pendukung yang tak bisa menerima jagoannya kalah. Der Panzer hancur dilumat Laskar Taeguk. Di layar kaca, kristal air mata wanita pendukung Jerman mengalir dan meluruhkan gambar bendera Jerman di pipinya. Luruh juga asa untuk juara. Jerman menambah deret panjang para mantan juara dunia yang selalu kandas di fase grup justru ketika datang sebagai juara bertahan. Perancis, Italia, Spanyol pernah merasakan kepedihan yang sama.

Dan Brazil?? Ini jagoan saya : dalam suka dan duka. Dalam untung dan malang.
Pupus sudah harapan melihat Brazil vs Jerman di 16 Besar. Jika terjadi ini kesempatan yang baik membalas kekalahan telak di Semifinal PD Brazil 2014. Dinihari tadi dua gol - satu dari sundulan Thiago Silva, satunya sontekan Paulinho - sukses mengirim Serbia pulang kampung. Sosok penting di tim Brazil bukan Neymar. Bukan Gabriel Jesus. Bukan deretan bintangnya yang merumput di klub-klub elit Eropa. Tokoh kunci itu adalah Tite.

Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Brazil hancur lebur. Di tangan Dunga - mantan Kapten yang mengangkat trophy di Amerika 1994 - Brazil tampil sebagai tim yang mengutamakan hasil akhir. Dunga membangun timnya dengan pemain-pemain berkarakter keras. Keindahan disingkirkan demi hasil akhir. Semangat yang jauh dari filosofi "jogo bonito" khas Brazil. Gaya ini diolok-olok sebagai "dungaisasi"!. Pulang dari Afrika Brazil memanggil lagi Felipe Scolari, pelatih yang membawa Brazil Juara di Korea dan Jepang 2002. Misi yang diemban Scolari tidak ringan : menjadi juara di negara sendiri 2014. Brazil akan jadi tuan rumah dan ini kesempatan meraih "BINTANG ENAM". Dengan stok pemain hebat berlimpah, bermain di hadapan publik sendiri, ditangani pelatih sukses Brazil mau mencetak sejarah. Apa lacur. Bukan hanya gagal juara. Brazil takluk 1 - 7 melawan Jerman di Semi Final. Kekalahan terbesar Brazil di laga Internasional. Lebih pedih dari kekalahan 0 - 3 dari Perancis di Final 1998. Menyakitkan karena itu terjadi di depan mata pendukungnya, di tengah harapan yang membubung tinggi menjadi juara dunia enam kali. Brazil terpuruk, seterpuruk ekonomi dalam negerinya yang waktu itu sedang dilanda krisis moneter. Musnah sudah harapan. Sirna pula impian. Sempat memberi asa sedikit di Copa Amerika tahun berikutnya, tapi publik bola Brazil sudah telanjur kecewa. Medali Emas Sepakbola di  Olimpiade Rio 2016 tak bisa mengobati kekecewaan ini.

Adenor Leonardo Bacchi nama lengkap pelatih yang akrab dipanggil Tite dipanggil CBF - Federasi Sepakbola Brazil - pada satu hari di bulan Juni 2016. Saat itu Brazil sedang di titik nadir : baru sekali menang dari enam laga di kualifikasi Zona Amerika Selatan. Hasil itu membuatnya terpental dari lima besar - kuota Amerika Selatan ke Piala Dunia!. Tite memulai tugasnya bukan dengan evaluasi teknis. Ia berbicara dengan para pemain bintangnya satu persatu. Ia tahu Brazil tidak pernah punya problem teknis. Lawan mereka adalah diri mereka sendiri. Laga pertamanya baru dilakoni tiga bulan kemudian. Sukses. Brazil menang 3 - 0 melawan Ekuador. Mereka menemukan kembali spirit bola Brazil "jogo bonito". Bermain Indah. Iya : bermain! Bukan sekedar bertanding. Memainkan bola dengan indah dan menghibur. Di tangan Tite - sebelum Russia 2018 - catatan Brazil mentereng : memainkan 22 laga, Menang 17 kali, 4 hasil seri dan hanya 1 kali kalah. Memasukan 48 gol, kemasukan hanya 6 gol dengan 16 partai 'clean sheet'. Tite sukses mengantar Brazil sebagai tim pertama di luar tuan rumah yang lolos ke Russia. "Tite Orang Paling Penting di tim Brazil", kata Mario Zagalo pelatih legendaris yang mengantar Brazil jadi Juara Dunia 1970 dan membantu Carlos Parreira ketika Brazil juara di 1995. Brazil kini disebut-sebut memiliki tim terbaik, menyamai Tim Samba 1970 era Pele dkk dan Brazil 1982 Zico 'Pele Putih' dan kawan kawan. Di kaki Neymar, dkk Sepakbola kembali menjadi "PERMAINAN". Hasil akhir penting, tapi keindahan dan proses meraihnya juga jangan diabaikan.

Di babak 16 besar Brazil akan bertemu Mexico. Kita berharap masih bisa menikmati 'permainan' sepakbola yang indah dan menghibur. Di tengah kritik - pujian dan celaan - pertandingan yang semakin bergantung pada kecanggihan teknologi seperti VAR - yang jadi "Maha Penentu' - kita masih berharap menikmati keceriaan bermain, apalagi dari laga kelas dunia seperti 'World Cup'. Sepak Bola mesti bisa menghibur. Salah satunya dengan mengembalikan lagi keceriaan bermain. Brazil sedang menunjukkannya. Sepakbola tidak melulu soal kalah menang. Ia representasi dari salah satu ciri manusia : Homo Ludens, makluk bermain.

1 komentar:

  1. Samsung Galaxy Watch 3 Titanium - iTanium Art
    Samsung Galaxy titanium bracelet Watch 3 Titanium is a premium-grade of the latest in titanium aura quartz premium titanium color watches built titanium band rings to titanium fishing pliers last! A stylish and stylish design, the device

    BalasHapus

𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐓𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀, 𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐃𝐔𝐊𝐀

Bulan Oktober istimewa bagi saya. Papa dan Mama menikah di 21 Oktober, 49 tahun lalu. Dua adik perempuan saya lahir di Oktober. Keduanya jug...