(Catatan Perjalanan Holyland 2 - 13 Maret 2016)
Getsemani
Gereja "Segala Bangsa", Getsemani
Ziarah tahun ini istimewa karena bertepatan dengan Tahun Kerahiman Ilahi yang bulla-nya “Missericordiae
Vultus” dipromulgasikan Paus Fransiskus tanggal 8 Desember 2015. “BERMURAHHATI
SEPERTI BAPA” begitulah tajuk Tahun Kerahiman Ilahi yang menjadi Yubileum Luar
Biasa untuk Gereja. Keistimewaan yang lain karena ziarah ini juga dilaksanakan
pada Masa Pra-Paskah. Masa Retret Agung bagi segenap umat Kristiani.
Tanggal 7 Maret kami
mengunjungi Getsemani/Bukit Zaitun. Getsemani (Yunani: γεθσημανί - GETHSÊMANI,
dari kata Aram : "GAT-SYEMEN," 'perasan minyak'), yaitu nama 'taman/
kebun' (Yunani: κῆπος - KÊPOS, Yohanes 18:1), di timur Yerusalem, seberang
lembah Kidron dekat Bukit Zaitun (Matius 26:30). Getsemani adalah kebun/ taman dekat
Bukit Zaitun (Lukas 22:39; Yohanes 18:1) tempat Yesus ditangkap (Markus 14:32
dst). Di Taman ini sekarang terdapat bangunan Gereja yang disebut “GEREJA
SEGALA BANGSA”, karena dalam pembangunannya antara tahun 1919 – 1924 mendapat
bantuan dana dari 16 Negara. Juga
diartikan sebagai tempat Yesus mengambil keputusan untuk menyelamatkan semua
Bangsa. Gereja ini didirikan di atas puing-puing gereja yang dibangun pada
kira-kira tahun 380 M. Getsemani adalah tempat yg disenangi Yesus dan
murid-murid-Nya sebagai peristirahatan, dan kemudian menjadi panggung
kesengsaraan, pengkhianatan Yudas, dan penangkapan Yesus (Markus 14:32-52).
Uskup Agung Yerusalem
menetapkan Gereja ini sebagai salah satu “Pintu Suci” (Porta Sancta). Jadi
menjadi tempat ziarah khusus untuk mendapat idulgensi Tahun Kerahiman Ilahi.
Memasuki bagian dalam Gereja suasana ‘magis’-nya sangat terasa. Arsitek gereja
ini dengan sengaja menempatkan mosaic-mosaik kaca patri di dinding gereja
berwarna ungu. Kekelaman, kepedihan dan kesan sengsara merasuk begitu kuat di
tempat ini. Di depan altar terdapat batu besar yang mengingatkan orang pada Yesus
yang berdoa kepada Bapa-Nya dalam Sakrat Maut. Sikap Kristus di Getsemani
(Lukas 22:41) memelopori kebiasaan Kristen untuk berlutut bila berdoa. Di depan
altar bersama dengan para peziarah yang lain saya berlutut. Menundukkan kepala.
Pasrah. “ Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau berkenan, ambillah cawan ini dari
hadapan-Ku; tetapi jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi” (Lukas
22:42). Hening. Sunyi.
St. Peter Gallicantu (Gereja Ayam Berkokok)
Tak terlalu jauh dari
Getsemani, bus menghatar kami ke Gereja St. Petrus Gallicantu (Gallicantu =
ayam berkokok). Tempat ini diyakini sebagai rumah imam besar Kayafas. Di sini
Yesus tinggal semalam untuk disiksa sebelum diserahkan ke pengadilan Pilatus. Di pelataran rumah inilah Petrus menyangkal
Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok (Luk 22: 54 – 62). Injil Markus 15: 1
mencatat ‘pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli taurat
serta para anggota Mahkamah Agama lainnya mengadakan pertemuan”. Sesuai tradisi
para hukuman dipenjara dan disiksa sebelum dibawa ke depan pengadilan. Mel
Gibson dalam film “The Passion Of The Christ” menampilkan Yesus yang sudah
babak belur, berdarah-darah dan tak berdaya ketika dibawa ke hadapan Pilatus
(Mrk 15:1) – karena sebelumnya semalam-malaman Dia disiksa di penjara bawah
tanah rumah imam besar Kayafas.
Masuk ke lantai bawah
Gereja, masih terdapat ruang-ruang tempat penyiksaan. Di ruang yang sempit ini
kami berdoa untuk diri kami masing-masing yang kerap terbelenggu dan terpenjara
oeh macam-macam alasan dan menyerahkan semuanya pada bilur-bilur luka Yesus.
Ihab – local guide – yang pengetahuan Kitab Sucinya sangat mumpuni
mempersilahkan saya membaca Mazmur 22 :
Allahku, Allahku, mengapa Engkau
meninggalkan aku?
Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?
Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.
Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi
Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.
Padahal
Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.
Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya,
dan Engkau meluputkan mereka.
Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput;
kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.
Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi
manusia, dihina oleh orang banyak.
Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka
mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya:
"Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang
meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan
kepadanya?"
Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan;
Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku.
Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak
dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku.
Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah
dekat, dan tidak ada yang menolong.
Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng
dari Basan mengepung aku;
mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti
singa yang menerkam dan mengaum.
Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku
terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam
dadaku;
kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat
pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku.
Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan
penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku.
Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton,
mereka memandangi aku.
Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan
mereka membuang undi atas jubahku.
Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku,
segeralah menolong aku!
Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari
cengkeraman anjing.
Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk
banteng. Engkau telah menjawab aku!
Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada
saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah:
kamu yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap
anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak
cucu Israel!
Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik
kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada
orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.
Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang
besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia.
Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang
yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!
Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik
kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di
hadapan-Nya.
Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang
memerintah atas bangsa-bangsa.
Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang
sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam
debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup.
Anak-anak cucu akan beribadah kepada-Nya, dan akan
menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang.
Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa
yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya.
Mazmur ini, yang paling
banyak dikutip dalam PB disebut "mazmur salib" karena begitu rinci
melukiskan penderitaan berat Kristus di salib. Ini adalah seruan penderitaan dan kesedihan
dari seorang penderita saleh yang belum dibebaskan dari pencobaan dan
penderitaan. Kita semua orang beriman yang menderita dapat menyatukan dirinya dengan
kata-kata dalam doa ini. Kata-kata dalam
mazmur ini mengungkapkan suatu pengalaman yang jauh melebihi pengalaman manusia
biasa. Dengan ilham Roh Kudus, pemazmur menubuatkan penderitaan Yesus Kristus
ketika disalib dan menunjuk kepada pembenaran diri-Nya tiga hari kemudian.
Yesus mengucapkan
seruan, “ALLAHKU, ALLAHKU, MENGAPA ENGKAU MENINGGALKAN AKU?” di salib ketika
kehadiran Bapa-Nya yang memelihara dan melindungi ditarik (Yes 53:10-12; 2Kor
5:21; lih. Mat 27:46). Yesus ditinggalkan oleh Allah karena Ia menderita
sebagai pengganti orang berdosa, yaitu menjadi kutuk karena kita (Gal 3:13).
Dengan mengutip ayat ini, Yesus juga mengacu kepada seluruh mazmur ini sebagai
gambaran diri-Nya.
Kami mengakhiri doa
dengan bernyanyi Mengampuni, mengasihi lebih sungguh. Yang hadir bersama
keluarga masing diminta berdiri dekat dengan anggota keluarganya. Lalu kami
saling memberikan salam damai. Rombongan peziarah lain sudah menunggu giliran
untuk berdoa juga.
GOLGOTA : Via
Crucis, Via Dolorosa
Kubah Gereja Golgotha
8 Maret 2016. Rencana
semula kami akan memulai Jalan Salib pukul 08.00, lalu merayakan ekaristi Pukul
10.00 di Gereja Makam Tuhan. Namun karena kemacetan rencana berubah. Kami
merayakan misa sebelum Jalan Salib. Di tempat di mana dua ribuan tahun yang
lalu Yesus diadili kami merayakan Ekaristi. Dia yang tak mengenal dosa dihukum
seperti orang berdosa.
Via Dolorosa saat ini
adalah pasar yang ramai. Jalan yang riuh dengan bermacam-macam manusia,
dagangan, suara hiruk pikuk, restoran serta aneka pernak-pernik. Di jalan ini
Yesus diludahi, diejek, dicemooh. Di sini juga Dia jatuh, bertemu Maria ibunya.
Berjumpa dengan Simon dari Kirene. Menasehati wanita-wanita yang menangis.
Sungguh jalan yang seperti kita lalui dalam kehidupan kita. Jalan Salib
bukanlah jalan sepi di ruang hampa. Jalan salib adalah jalan kita : hidup
dengan segala suka dukanya. Hidup dengan segala riuh rendahnya. Hidup dengan
segala kesakitannya. Tawa. Tangis. Canda dan air mata ada di sana.
Memasuki pelataran
Golgotha dari kejauhan sudah terlihat kubah Gereja dengan Salib di puncaknya.
Masuk ke tempat ini harus melewati pintu yang sangat rendah. Siapa pun harus
menunduk, membungkukkan badan supaya bisa masuk. Pintu ini disebut “PINTU
KERENDAHAN HATI”. Hanya orang-orang yang rendah hati yang mampu melihat dan
mengalami Kemuliaan Salib Kristus. Kami beruntung hanya butuh waktu sekitar
satu jam antri dan bisa masuk ke dalam Makam Yesus. Tahun lalu – 2015 – saya dan
rombongan tidak bisa masuk karena peziarah yang begitu ramai. Di Makam Yesus
aku bersyukur akan Tuhan yang pernah mengalami kegelapan makam namun serentak
juga mengalahkannya dan Bangkit dengan Mulia. Semoga segala kegelapan hidup
juga dikalahkan, kita bangkit bersama Dia.
Makam Yesus
@25052016 – Jumat Agung




Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.