Kamis, 08 Januari 2015

MESSIDEPENDENCIA



Messidependencia – ketergantungan pada Messi - adalah nama yang diberi para pengamat bola dan pewarta media untuk mengungkapkan apa yag terjadi di klub sepakbola Barcelona. Barcelona, setidak-tidaknya dalam kurun waktu lima tahun terakhir, hadir dengan sepakbola atraktif rancak nan menghibur. Jutaan orang tersihir menyaksikan pesepakbola tim barcelona memainkan si kulit bundar. Tiki taka, gaya permainan satu dua sentuhan dengan penguasaan bola tinggi, menjadi tontonan yang sangat menarik. Begitu banyak lawan yang dibuat tak berdaya menghadapi cara bermain seperti ini. Saking frustrasi menemukan cara terbaik untuk meredam gaya bermain seperti ini, beberapa tim menerapkan taktik ‘parkir bus’. Praktek paling baik ‘parkir bus’ meredam tiki taka terjadi pada Final Champions Cup, ketika Inter Milan besutan Jose Mourinho berhasil menaklukan Barcelona yang ketika itu ditangani Pep Guardiola.

Waktu terus bergulir, sepakbola tetap menawarkan gempita. Ibarat seorang yang sudah mencapai puncak tertinggi, Barcelona nampaknya tak tahu lagi bagaimana harus mencapai puncak lebih tinggi lagi karena mereka berada di tempat tertinggi. Pada ketika yang sama tim-tim lain rajin berinovasi mencoba mencari-cari dan menemukan cara terbaik menghasilkan tim yang tidak saja bisa meredam kedigdayaan Barca, tapi juga menghadirkan ‘sesuatu yang lain’, yang bukan barca!! Ironisnya – hampir pada saat yang sama – Barca berada di ‘titik jenuh’. Mereka seperti sekumpulan pemain dari planet asing yang tak terjangkau, tapi juga tak tau harus menjadi seperti apalagi. Tesis bertemu anti-tesis. Walau belum menjadi sintesis baru, setidak-tidaknya orang tahu Barca bukan tim yang tak dapat dikalahkan.

Tiga – atau empat – pertandingan terakhir di Liga Champions semakin mengukuhkan hal itu. Berhadapan dengan AC Milan di San Siro, Barca tumbang 0 – 2!! Meskipun setelah itu mereka mampu membalikan keadaan di Camp Nou untuk lolos ke Semi Final, orang melihat dan tahu tim ini sangat bergantung pada satu orang : Messi! Kehadiran Messi selalu bisa menjadi titik balik. Ibarat mesias ia selalu bisa menciptakan mujizat. Tak heran jika ‘si kutu’ ini dianggap Messiah, dan kepada mesias inilah Barca tergantung. Dua laga di semi final menunjukkan betapa ketika ‘sang mesias’ tak mampu membuat mujizat, tim ini majal. Agregat 7 – 0 dari pertandingan tandang dan kandang bukan saja menjadi bab akhir dari perjalanan Barca di Liga Champions, tapi juga kenyataan paling menyakitkan untuk sekumpulan pemain sepakbola yang digadang gadang sebagai yang terbaik di muka bumi. Akankah ini menjadi akhir dari era sepakbola tiki taka?? Meskipun bukan fans Barcelona, saya berharap tidak. Di tengah kegalauan politik dan ekonomi, perilaku elit yang semakin memuakkan, sepak bola indah selalu menjadi oase, penawar dahaga. Namun satu pelajaran penting kita dapatkan : ketergantungan pada hanya seorang, Messi sekalipun,  ternyata tak baik bagi sebuah tim yang daripadanya dituntut kolektivitas dan kerjasama. Barca berusaha keluar dari itu. Mereka menemukan satu orang yang diharapkan bisa menyembuhkan tim dari syndrom ‘messidependencia’. Orang itu adalah Neymar da Silva, anak muda jebolan tim Santos – Brazil. Pemain termuda yang pernah dinobatkan sebagai pesepakbola terbaik Brazil.

Lain bola, lain pula dalam hidup beriman. Jika di bola, setidak-tidaknya yang diperlihatkan Barcelona, ketergantungan pada Messi (ah) berakibat kehilangan daya atraktif kolektif yang berujung kegagalan meraih juara, dalam hidup beriman kita justru mesti sangat bergantung pada SANG MESSIAS!! Seperti kata pemazmur, “lebih baik berlindung pada TUHAN, daripada percaya kepada manusia” (Mzm 118 :8). Salam bola

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐓𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀, 𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐃𝐔𝐊𝐀

Bulan Oktober istimewa bagi saya. Papa dan Mama menikah di 21 Oktober, 49 tahun lalu. Dua adik perempuan saya lahir di Oktober. Keduanya jug...